Senarai Penerbit
Categories
Maklumat Akaun

Dapatkan Sekarang

Ilmu Hadits Praktis karya Dr. Mahmud Thahan

Ilmu Hadits Praktis karya Dr. Mahmud Thahan
Terbitan: Pustaka Thariqul Izzah
Product Code: Pustaka Thariqul Izzah
Ukuran Buku: (Tinggi x Lebar x Tebal)(cm) 23.6 x 15.6 x 1.3

ISBN: 9799799478466
Availability: Out Of Stock
Price: RM36.00
Qty:     - OR -   Add to Wish List
Add to Compare

Judul: Ilmu Hadits Praktis | Judul Asal (‘Arab): Taisir Mushtholah al-Hadits | Penulis/Penyusun: Dr. Mahmud Thahan | Tahqiq/Takhrij: - | Penterjemah: Abu Fuad | Penerbit: Pustaka Thariqul Izzah | Berat: 384g| Muka Surat: 310 m/s. (Soft cover) | Ukuran buku: 23.6cm (tinggi) x 15.6cm (lebar) x 1.3cm (tebal) | ISBN: 979-979-9478-46-6 |


Orang yang melakukan penelitian secara mendalam akan mendapati bahawa dasar-dasar penting bagi ilmu periwayatan dan penyampaian berita dapat dijumpai di dalam Al-Qur’an Al-Karim dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Di dalam Al-Quran dapat kita temukan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang yang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti.” (Surah Al-Hujurat, 49: 6)

Manakala di dalam Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda:

نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَ فَرُبَّ مُبَلِّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ

“Allah mencerahkan wajah orang yang mendengar dari kami sesuatu (berita, yakni hadits – pent.), lalu dia menyampaikan berita itu sebagaimana yang dia dengar. Dan mungkin saja orang yang menerima berita itu lebih faham dari orang yang mendengarnya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2657)

Dalam riwayat yang lain disebutkan:

فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ

“Dan mungkin saja orang yang membawa berita itu lebih faqih dari orang yang menerima berita. Dan mungkin pula orang yang membawa berita itu tidak lebih faqih dari orang yang menerima berita.” (Sunan Abi Dawud, no. 3660)

Pada ayat dan hadis yang mulia itu terdapat prinsip yang tegas dalam mengambil suatu berita dan tata cara penerimaannya, dengan cara meneliti, mencermati, memastikan hakikat beritanya, dan mendalaminya sebelum menyampaikannya kepada orang lain.

Dalam usaha melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, para sahabat radhiyallahu ‘anhum telah menetapkan hal-hal yang berhubung penyampaian suatu berita dan penerimaanya, terutama jika mereka meragukan kejujuran si pembawa berita.

Berdasarkan hal itu, tampak betapa pentingnya nilai dan perbahasan mengenai isnad (rantaian asal-usul maklumat) dalam menerima atau menolak sesuatu berita. Di dalam pendahuluan kitab Shahih Muslim, dinukilkan dari Ibnu Sirin bahawa beliau berkata:

سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ، فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ، وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلَا يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ

“Mereka (ahlus sunnah) sebelum itu tidak bertanya tentang sanad, tetapi ketika terjadi fitnah, mereka pun berkata, “Sebutkanlah kepada kami nama para perawimu.” Apabila dilihat yang menyampaikannya adalah ahlus sunnah maka hadisnya diterima, tetapi bila yang menyampaikannya adalah ahli bid’ah maka hadisnya ditolak.” (Mukaddimah Shahih Muslim, 1/15)

Berdasarkan hal ini, maka suatu berita tidak boleh diterima kecuali setelah diketahui rincian sanad-nya. Kerana itu muncullah ilmu jarh wa ta’dil, ilmu mengenal ucapan para perawi, ilmu mengenal kedudukan perawi, cara mengetahui bersambung atau terputusnya sanad, dan mengetahui cacat-cacat yang tersembunyi bagi satu-satu hadis. Muncul pula ucapan-ucapan tambahan yang tersisip pada matan hadis dari sebahagian perawi meskipun sangat sedikit, kerana masih sedikitnya para perawi yang tercela pada masa-masa awal.

Kemudian para ulama dalam bidang tersebut pun semakin ramai, hingga muncul pelbagai perbahasan di dalam banyak cabang ilmu yang terkait dengan hadis, sama ada dari aspek ‘adala­h dan dhabit, tata cara menerima dan menyampaikannya; pengetahuan tentang hadis-hadis yang nasikh (memansuh) dari hadis-hadis yang mansukh (dimansuhkan); pengetahuan tentang hadis-hadis yang gharib (asing atau menyendiri), dan lain-lain. Semua itu masih disampaikan oleh para ulama secara lisan.

Lalu, perbahasan tentangnya pun semakin berkembang. Lama kelamaan ilmu hadis ini pun mula ditulis dan dibukukan, akan tetapi masih terserak di pelbagai tempat di dalam kitab-kitab lain yang bercampur dengan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu-ilmu ushul, fiqih, dan ilmu hadis. Contohnya kitab Ar-Risalah dan Al-Umm milik Al-Imam Asy-Syafi’i.

Akhirnya ilmu-ilmu itu semakin matang, mencapai puncaknya, lebih tersusun, dan memiliki istilah tersendiri yang terpisah dengan ilmu-ilmu lainnya. Ini terjadi pada abad keempat hijriyah. Para ulama menyusun ilmu mushthalah dalam kitab tersendiri. Orang pertama yang menyusun kitab dalam bidang ini adalah Al-Qadhi Abu Muhammad Hasan bin ‘Abdurrahman bin Khalad Ar-Ramahurmuzi (Wafat: 360H), yakni pada kitab beliau Al-Muhaddits Al-Fashil baina Ar-rawi wa Al-Wa’i. Kemudian, di antara kitab-kitab terawal yang lain adalah seperti Ma’rifat ‘Ulum Al-Hadits oleh Al-Imam Al-Hakim An-Naisaburi rahimahullah (Wafat: 405H), Al-Mustakhraj ‘ala Ma’rifati ‘Ulum Al-Hadits oleh Abu Nu’aim Al-Ashbahani rahimahullah (Wafat: 430H) dan beberapa lagi yang lainnya.

Dalam perbahasan hadis, sebelum ianya dapat diterima dan digunakan sebagai hujah, terlebih dahulu disemak pada para perawinya dengan pelbagai pensyaratan diikuti syarat-syarat yang lainnya. Bentuk penelitian dan penilaian yang ketat ini tidak pernah dijumpai pada agama dan umat mana pun di dunia ini sampai ke hari ini, walaupun pada kalangan sejarawan dan sarjana barat sekalipun meskipun mereka mendakwa mereka punya metode yang ilmiyah.

Buku ini mengajak anda untuk menelusuri kehebatan metode penelitian hadis. Metode inilah yang diguna pakai dalam menjaga hadis-hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari tangan-tangan para pendusta dan pemalsu hadis, membersihkannya dari para penyanjung dan pencela, dan telah menggagalkan palbagai usaha orang-orang kafir dalam agenda-agenda mereka merosakkan Islam.

Maka, perhatikanlah...

Semoga bermanfaat.

Semak Cara Membuat Belian dan Pesanan

Write a review

Your Name:


Your Review: Note: HTML is not translated!

Rating: Bad           Good

Enter the code in the box below:



© 2014 ATSAR Enterprise | Galeri Ilmu Ahli Sunnah. All Rights Reserved.

Website tuned by fidodesign.net