Senarai Penerbit
Categories
Maklumat Akaun

Dapatkan Sekarang

Ikhtilaf Tanawwu', Mengenal Beragam Perbedaan Fikih yang Dibolehkan dan Dilarang

Ikhtilaf Tanawwu', Mengenal Beragam Perbedaan Fikih yang Dibolehkan dan Dilarang
Terbitan: Darul Falah
Product Code: Darul Falah
Ukuran Buku: (Tinggi x Lebar x Tebal)(cm) 21 x 14.4 x 1.5

ISBN:
Availability: In Stock
Price: RM34.00
Qty:     - OR -   Add to Wish List
Add to Compare

Judul: Ikhtilaf Tanawwu’, Mengenal Beragam Perbedaan Fikih yang Dibolehkan dan Dilarang | Judul Asal (‘Arab): Ikhtilafut Tanawwu’, Haqiqatuhu wa Manahijul ‘Ulama’i fih | Penulis: Dr. Khalid bin Sa’ad Al-Khasyalan| Tahqiq/Takhrij: - | Penerbit: Darul Falah | Penterjemah: Firdaus Sanusi, MA | Berat: 350gram | Muka Surat: 264 m/s., (Hard cover) | Ukuran: 21.0(Tinggi)x14.4(Lebar)x1.5(Tebal)cm |


Salah satu perkara yang menjadi juzuk dari syari’at Islam yang kekal, dianjurkan olehnya, dan diperingatkan untuk tidak menyelisihinya adalah perintah untuk sentiasa bersama jama’ah dan bersatu, serta larangan untuk bercerai-berai dan berselisih. Nash-nash dari wahyu menjadi saksi yang sangat jelas tentang kaedah yang sangat penting ini. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103) وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (105)

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (di masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang Neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Surah Ali-Imran, 3: 103-105)

Kerana pentingnya kaedah yang agung ini, yakni perintah untuk bersatu dan menjaga perpaduan, serta larangan dari bercerai-berai dan perselisihan, maka dijadikan bahagian dari wasiat yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum dan juga untuk seluruh umat beliau yang datang setelah generasi sahabat hingga Hari Kiamat kelak. Al-’Irbath bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, beliau berkata:

“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menasihati kami dengan suatu nasihat yang sangat menyentuh, sehingga air mata bercucuran, dan hati menjadi takut kerananya. Lalu seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasihat dari seorang yang akan berpisah, apa yang hendak engkau wasiatkan kepada kami?”

Beliau bersabda:

“Aku berwasiat kepada kalian agar kalian bertaqwa kepada Allah, dan mendengar serta mentaati, sekalipun yang memerintah kalian adalah seorang hamba Habasyah. Kerana sesungguhnya siapa yang masih hidup dari kalian setelahku, maka dia akan melihat pelbagai perselisihan yang banyak. Maka dari itu hendaklah kalian berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para Khulafa’ur Rasyidun yang memperoleh petunjuk; berpeganglah kepadanya, dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang diada-adakan (di dalam agama), kerana sesungguhnya setiap perkara baru itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu adalah sesat.”.” (Sunan Abi Dawud, no. 4607. At-Tirmidzi, no. 2676. Dinilai sahih oleh At-Tirmidzi)

Dari sini dapat kita lihat bahawa ikhtilaf (atau perselisihan) dalam perkara yang prinsip dan dasar adalah merupakan hal yang tercela, maka perbezaan pendapat dalam permasalahan hukum yang berkaitan dengan ‘amaliyah dan cabang fiqih juga menjadi tercela apabila menyebabkan munculnya kedengkian, kemelampauan, pertikaian, perpecahan, ketaksuban, dan membentuk pelbagai kelompok di kalangan umat. Lalu urusannya menjadi bertambah buruk, masalahnya menjadi semakin besar, dan itu semakin menjadi-jadi ketika sebab dari perpecahan, pertikaian, dan kedengkian itu adalah perbezaan pendapat dalam permasalahan fiqih, sedangkan syari’at sendiri membolehkan perbezaan pendapat di dalamnya, dan menganggap setiap pihak yang berbeza pendapat adalah benar dalam pendapat yang dipilihnya, sebagaimana ketika perselisihan itu terjadi di kalangan kaum Muslimin dalam masalah sifat-sifat ibadah, tata caranya yang diriwayatkan melalui Sunnah dari pelbagai jalur yang berbeza, juga dengan bacaan dan lafazh yang pelbagai, dan itulah yang di kalangan ulama dikenal dengan nama ikhtilaf tanawwu’.

Maka kajian ini pun diberi judul “Ikhtilaf Tanawwu’: Hakikatnya dan Manhaj para Ulama’ dalam Menyikapinya, Sebuah Studi Fikih secara Mendasar”, serta menjelaskan manhaj yang diambil oleh para ulama dalam menghadapinya, dengan memohon kepada Allah Ta’ala agar kajian ini dapat memberikan manfaat dan mempersembahkan sesuatu yang segar.

Latar Belakang Pemilihan Judul

Ada beberapa sebab yang mendorong penulis untuk menulis masalah ini, di antaranya yang paling menonjol adalah seperti berikut:

1.  Desakan yang sangat besar dari judul ini, dan nanti penulis akan sebutkan sebahagian perkara yang menjadi dalil dari hal ini.

2. Memperlihatkan sebahagian dari tujuan sayri’at dan kebaikannya, melalui apa-apa yang disyari’atkan Allah Ta’ala melalui lisan Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, berupa hal-hal yang berkenaan dengan tata cara ibadah dan bacaan-bacaannya yang diriwayatkan dari pelbagai jalur, dan hukum-hukum yang dapat dipetik darinya, juga rahsia-rahsia dan kemaslahatan syari’at yang terkandung di dalamnya.

3. Menghilangkan hal-hal yang muncul di dalam jenis perselisihan seperti ini, yang terdapat di dalam syari’at, berupa kesalahan dalam memahami, kekeliruan dalam menerapkan, dan akibat-akibat yang ditimbulkannya berupa kerosakan dan pengaruh-pengaruh yang buruk di tengah-tengah barisan umat, sama ada di masa dahulu mahupun sekarang.

Kerana sebab-sebab ini, dan juga kerana tidak adanya kajian menyeluruh yang membahas pelbagai sisi dari judul ini –sejauh yang dinyatakan dan diketahui penulis- maka penulis membulatkan tekad untuk menulis tentang masalah ini dengan memohon pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Rencana Penelitian

Penelitian ini terbagi menjadi muqaddimah, enam pembahasan, dan penutup. Berikut rinciannya:

Muqaddimah: Muqaddimah ini mencakup penjelasan tentang latar belakang pemilihan judul, rencana penelitiannya, dan metode yang diikuti di dalamnya.

Perbahasan pertama: Definisi ikhtilaf fiqih, jenis-jenisnya, dan sebab-sebabnya.

Perbahasan kedua: Hakikat dari ikhtilaf tanawwu’ dan jenis-jenisnya.

Perbahasan ketiga: Perbezaan antara ikhtilaf tanawwu’ dan ikhtilaf lainnya.

Perbahasan keempat: Disyari’atkannya ikhtilaf tanawwu’ dan syarat-syaratnya.

Perbahasan kelima: Manhaj para fuqaha dalam masalah ibadah-ibadah yang diriwayatkan dari banyak jalur.

Perbahasan keenam: Mufadhalah di antara bentuk-bentuk ibadah yang menjadi pilihan dalam ikhtilaf tanawwu’.

Metode Penelitian:

Dalam menyusun penelitian ini, penulis mengunakan metode yang berdasarkan pada penelitian terhadap apa-apa yang telah ditulis tentang judul ini, sama ada yang lama mahupun yang baru, dan menarik kesimpulan dari pendapat para ulama yang berkenaan dengannya, dengan tetap mengikuti metode-metode penelitian yang umum, dengan menisbatkan ayat kepada surat-suratnya, melakukan takhrij terhadap hadis-hadisnya dan menjelaskan kedudukannya jika tidak terdapat di dalam Shahihain (Al-Bukhari dan Muslim) ataupun salah satunya. Penulis sangat berhati-hati dalam melakukan nukilan dari sumber-sumbernya yang tepercaya.

Semoga bermanfaat.

Semak Cara Membuat Belian dan Pesanan

Write a review

Your Name:


Your Review: Note: HTML is not translated!

Rating: Bad           Good

Enter the code in the box below:



© 2014 ATSAR Enterprise | Galeri Ilmu Ahli Sunnah. All Rights Reserved.

Website tuned by fidodesign.net